Rabu, 20 Mei 2009

Budaya Barat

Di sekolah dan penataran P4 di berikan materi tentang budaya barat, bahwa harus disikapai dengan hati-hati pengaruh budaya barat. Budaya barat hanya dapat diterima jika sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Budaya barat sepertinya suatu momok yang ditakuti mencemari budaya timur, takut dicemari seolah-olah mengandung suatu pengertian bahwa budaya timur memiliki kedudukkan yang lebih tinggi atau lebih adiluhung.

Dalam gambaran masyarakat umum budaya barat adalah sikap hidup yang tidak tebiasa di dunia timur, seperti minum minuman keras atau beralkohol tinggi, dancing seperti yang ada di diskotik, berpakaian ala kadarnya sehingga kelihatan bagian tubuh yang seharusnya terlindungi, free sex atau pasangan bebas atau masih banyak lagi contoh lainnya yang dianggap tidak seuai dengan budaya timur.

Di jaman Globalisasi saat ini apakah ketakutan akan pengaruh budaya barat masih relevant? Kalau direnungkan bahwa di awal tahun 1900 hingga tahun 1970 wanita di Bali masih umum terlihat bertelanjang dada di pinggiran jalan, mungkin karena pengaruh budaya barat yakni dengan banyaknya turis yang berkunjung di Bali dan terlalu seringnya wanita Bali di jadikan model telanjang dada akhirnya wanita Bali merobah gaya hidup mereka. Wanita Bali tidak bertelanjang dada lagi dan tidak mau dijadikan model foto atau lukisan dengan dadanya yang nyembul.

Demikian pula dengan tradisi megenjekkan, suatu tradisi minum bareng di daerah Karangasem bertujuan agar kekerabatan dan keakraban dapat tetap di jalin, sehingga walaupun mereka di rantau, mereka tetap satu. Budaya minum bareng sambil bernyanyi riang sudah lama berlangsung dan sampai kini tetap masih dipertahankan. “Orang bule happy di bar dan kita happy di Banjar” Sela Ketut Widana “ Emang apa bedanya? Kita sama-sama happy !”

Brittney Spiers penyanyi anak muda ketika videonya muncul terlihat sambil menyanyi dia mempergunakan baju kaos gantut, sehingga pusernya kelihatan dan diapun tampak makin seksi dalam penampilannya. Tidak beberapa lama artis sinetron di Jakarta tampak pula telah memakai busana yang mirip dan wanita di Bali sekarang sengaja mempergunakan baju buntut dan kalau naik motor akan terlihat celana didalamya atau bentuk pantatnya.

Kebanyakkan orang salah mengartikan free sex, menurut mereka artikan bebas untuk melakukan sex dengan siapapun yang diiinginkan. Kasarnya kalau diartikan seperti itu, emangnya manusia tidak punya perasaan, jeleknya lagi kalau dibandingkan dengan anjing, anjing juga masih memakai hasrat dan kemauan dalam melakukan bisnis mereka.
Free sex sudah melanda anak muda di Bali, sangat sering ditemukan anak muda yang berganti pasangan bercinta dan sudah sangat banyak pasangan yang kumpul kebo di Bali.

Peredaran narkoba semakin lama semakin meningkat di Bali. Peningkatan ini dapat dikatakan dengan meningkatnya jumlah permintaan, artinya pemakai narkoba sudah semakin banyak di Bali. Hukuman yang semakin keras tidak menyurutkan kemauan. Banyak bandar narkoba tertangkap dan mereka bukan Bali asli, namun jumlah orang Bali asli yang tinggal di penjara akibat narkoba juga banyak.

Budaya barat apakah masih menakutkan atau malah menyenangkan? Kenapa harus selalu munafik dan tidak mau berkata jujur bahwa budaya barat itu baik dan orang timur banyak meniru budaya barat, bukan akibat dipengaruhi, tetapi emang suka meniru. Mobil bagus di Barat akan cepat ditiru di Timur, hand phone baru di Barat harus ada di Timur, band baru di barat akan ada di Timur, Lagu baru nongol di Barat harus ada di Timur, namun tari dan gong kreasi baru di Timur ternyata belum di tiru di Barat.

Budaya Timur yang adilihung, peninggalan nenek moyang belum dapat dijaga dengan baik, sangat rapuh dan mudah untuk dipengaruhi. Hal seperti ini sangat menyedihkan, perlu suatu gerakkan kesadaran untuk kembali menyelamatkan dan melestaraikan budaya yang masih tersisa. Pesta Kesenian Bali yang sudah demikian tua, belum menampakkan hasil nyata penyelamatan budaya apalagi pelestariannya. Anak muda tidak dapat disalahkan kalau mereka tidak dapat menyelamatkannya, karena mereka sendiri mungkin tidak mengerti apa itu budaya. (Kapten/2005).

1 komentar: