Rabu, 20 Mei 2009

Bebotoh Dermawan

“Kalau boleh dihitung sudah puluhan milyar saya kalah di tajen” Demikian Turah Sudarsana mengawali ceritanya. “Saya kalah, namun saya bahagia”
Menurut ‘Turah” demikian dia sering disapa masyarakat, tajen adalah sebuah hiburan rakyat. Dalam tajen suasana kekeluargaan dan keakraban akan terasa sangat kental. Interaksi dengan masyarakat dapat dengan mudah dilakukan. “Saya datang ketajen, masyarakat pasti senang dan menyambut saya dengan antusias. Sebab kalau saya datang saya sering kalah” Ujarnya.

Dengan adanya tajen uang dapat berputar. Masyarakat kecil banyak dibantu dengan tajen. Mereka yang memiliki banyak uang dapat membagikan uang mereka kepada rakyat kecil melalui tajen. “Sebagai manusia kita jangan pelit, uang jangan disimpan terus di Bank untuk memperkaya diri sendiri. Kalau ada waktu berbaurlah dengan rakyat dan berderma” Jawab Turah yang sangat doyan dengan olah raga tinju.

Kenyataannya banyak pura dan banjar atau bangunan lainnya yang dibangun dengan hasil tajen. “Tajen di Bali adalah sebuah budaya yang harus kita pertahankan, warisan leluhur dan hiburan rakyat kecil” “Banyak rakyat di Bali yang menggantungkan kelangsungan hidup keluarga mereka dari tajen, kalau bisa tajen agar tetap eksis” Demikian Turah Sudarsana mengakhiri dengan senyum, karena malam semakin larut. (Kapten/2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar